Model Problem Solving dalam Pembelajaran IPS

Penulis: Ilfi Intansari, M.Pd

Pendidikan yang baik akan berdampak pada kualitas sumber daya manusia (Hasanah et al., 2021). Pendidikan merupakan salah satu ukuran kualitas suatu kehidupan bangsa (Puspitasari et al., 2021) karena tingkat pendidikan dapat menunjukkan kualitas sumber daya yang dimiliki oleh suatu bangsa. Tak heran jika berbagai lembaga pendidikan berupaya keras untuk meningkatkan kualitas pendidikan agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (Nuzliah, 2015). Dewasa ini, pendidikan telah mengalami perkembangan yang sangat pesat, informasi dan komunikasai juga berkembang setiap saat (Muspita & Sholihah, 2019). Pesatnya imu pengetahuan dan teknologi yang ada perlahan mulai mengubah tatanan kehidupan dari segi ekonomi, politik, budaya bahkan pendidikan (Shodiq, 2021). Pendidikan yang berfungsi sebagai media penanaman sikap dan budi pekerti luhur yang sarat dengan nilai kemanusiaan kini hanya slogan tanpa bukti, hal itu nampak dari banyaknya permasalahan sosial yang diakibatkan dari kekurangpekaan masyarakat sekitar dalam memahami realitas yang ada di lingkungan sekitar.

Kepekaan sosial atau social sensitivity dapat diartikan sebagai tindakan seseorang untuk bereaksi secara cepat dan tepat terhadap objek atau situasi sosial yang ada dilingkungan sekitar. Oleh karena itu kepekaan sosial harus dikembangkan terutama dalam menyikapi masalah-masalah sosial yang terjadi di lingkungan masyarakat (Pitoweas et al., 2020). Mahasiswa dan siswa sebagai status pelajar seharusnya memiliki kepekaan terhadap masalah-masalah yang muncul dalam masyarakat, terutama yang terkait dengan bidang yang menjadi pilihannya. Ia harus mengidentifikasi dan menemukan masalah dengan tepat, kemudian dengan berpikir kritis dan kreatif melakukan analisis atau penelitian guna menemukan alternatif pemecahan masalah tersebut (Sueca, 2019). Menurut (Rahman, 2011), ada dua jenis atau kategori alternatif untuk kepekaan sosial: a) empati adalah respons terhadap perilaku, tindakan, atau kalimat yang sesuai dengan yang diharapkan orang lain dan b) kepedulian sosial adalah suatu hal ketertarikan ingin membantu orang lain. Kepekaan sosial tersebut ditunjukkan melalui tingkat kesadaran terhadap lingkungan sosial yang pada akhirnya membentuk tingkat kesadaran sosial mereka (E.B. & S.W., 2017). Dalam proses pembelajaran IPS diharapkan kepekaan sosial dan partisipasi sosialnya mampu berkembang (Hilmi, 2017)

IPS adalah kumpulan konsep dari gabungan ilmu sosial dan disiplin ilmu lainnya berdasarkan prinsip-prinsip pendidikan. IPS adalah bidang pengetahuan dan analisis gejala dan masalah sosial untuk menemukan solusi (Whitlock & Brugar, 2019); (Ollila & Macy, 2019) Akibatnya, pembelajaran sosial di sekolah berfokus pada bagian informasi, sikap, dan kemampuan yang terkait dengan berbagai masalah sosial yang terjadi di sekitar siswa. IPS sebagai mata pelajaran ditingkat pendidikan dasar hingga perguruan tinggi pada hakikatnya bersifat terpadu (Febriani, 2021) yang dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu-ilmu sosial (Hidayat, 2017). Untuk IPS yang diajarkan mendefinisikan sebagai studi data, analisis, dan masalah etika yang berhubungan dengan sejarah manusia, perilaku manusia, dan nilai-nilai manusia (Rahmawati & Zidni, 2019) yang mampu menumbuhkembangkan cara berfikir, bersikap, dan berperilaku yang bertanggungjawab selaku individual, warga masyarakat, warga negara, dan warga dunia (Maryani & Syamsudin, 2009). Selain itu, IPS juga bertujuan agar pengetahuan dan pemahaman siswa dapat meningkat baik dalam posisi sosial, hak, dan kewajiban sebagai warga negara (Rhomadhon et al., 2016). Tujuan lain dari pendidikan IPS adalah untuk membantu siswa memperoleh kapasitas untuk menggunakan pemikiran pemecahan masalah untuk memecahkan setiap situasi yang mereka hadapi (Iskandar, 2017). Sedangkan dalam kurikulum 2013, tujuan pembelajaran IPS dirumuskan agar peserta didik memiliki kompetensi: (1) mensistematisasikan bahan, informasi, dan atau kemampuan yang telah dimiliki tentang manusia dan lingkungannya menjadi lebih bermakna, (2) lebih peka dan tanggap terhadap berbagai masalah sosial secara rasional dan bertanggung jawab, dan (3) mempertinggi rasa toleransi dan persaudaraan di lingkungan sendiri dan antar manusia (Purnomo et al., 2016). Adapun salah satu kunci pengembangan pembelajaran IPS terletak pada model pembelajaran yang digunakan pendidik (Aris, 2014). Dalam hal ini, model pembelajaran yang efektif sebagaimana model problem solving skill patut diterapkan dalam kegiatan pembelajaran IPS (Turnip et al., 2016).

Problem solving, pada dasarnya adalah suatu proses yang ditempuh oleh seseorang untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi (Atsnan & Yuliana, 2018). Masalah tersebut perlu dipecahkan antara lain dengan menyiapkan para peserta didik memiliki keterampilan sosial sebagai warga masyarakat (Fahmi, 2016) melalui model-model pembelajaran yang inovatif yaitu dengan creative problem solving (Nana, 2018). Hal ini senada dengan (Handayani & Priatmoko, 2013) yang mengatakan bahwa problem solving adalah suatu metode pembelajaran dengan memecahkan suatu permasalahan. Dengan model pembelajaran problem solving siswa dihadapkan pada berbagai permasalahan yang akan membuat siswa berusaha untuk menghubungkan pengetahuan-pengetahuan yang telah dimilikinya (Erika et al., 2021) sehingga akan memudahkan siswa dalam menghadapi situasi yang penuh dengan berbagai masalah yang harus diselesaikan (Patnani, 2013). Problem solving juga dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan, kemampuan, dan komponen lain peserta didik (Setyoko et al., 2017). Adapun ciri-ciri dari model pembelajaran problem solving menurut (Utami et al., 2017) adalah a) mengajukan pertanyaan atau masalah, b) berfokus pada keterkaitan antar disiplin, c) mengharuskan anak melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaiannya taterhadap masalah nyata dan d) menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan

Berdasarkan fakta di lapangan, diperoleh informasi bahwasanya saat ini rasa peduli terhadap sesama manusia semakin berkurang. Manusia semakin tidak memikirkan apa yang terjadi terhadap lingkungan hidup bermasyarakatnya. Terjadi juga dipembelajaran yang menunjukkan adanya penurunan sikap kepekaan sosial seperti kurangnya sosialisasi dalam pembelajaran serta peserta didik cenderung pasif, ditandai dengan peserta didik yang cenderung diam tanpa mengeluarkan argument atau pendapat, dan tidak ada interaksi pada saat proses diskusi berlangsung. Hal ini kemudian menimbulkan masalah-masalah sosial. Selain itu pembelajaran IPS masih bersifat teacher centered. Hal ini dikarenakan dosen masih cenderung menggunakan metode pembelajaran yang konvensional serta materi pembelajaran banyak dan sukar dipahami oleh mahasiswa sepenuhnya. Kondisi yang demikian tentu membuat proses pembelajaran hanya dikuasai oleh pendidik.

 

 

References

Aris, S. (2014). Model pembelajaran inovatif dalam kurikulum 2013. Ar-Ruzz Media.
Atsnan, M. F., & Yuliana, G. R. (2018). Pendekatan problem-solving pada pembelajaran matematika. Jurnal

Mercumatika : Jurnal Penelitian Matematika Dan Pendidikan Matematika, 3(1), 63–70.
E.B., G. A., & S.W., E. D. (2017). Hubungan Penggunaan Media Sosial dengan Tingkat Kepekaan Sosial di

Usia Remaja. Jurnal The Messenger, 9(1), 65–69. https://doi.org/10.26623/themessenger.v9i1.428

Erika, Astalini, & Kurniawan, D. A. (2021). Literatur Review : Penerapan Sintaks Model Pembelajaran Problem Solving Pada Kurikulum 2013. Edumaspul: Jurnal Pendidikan, 5(1), 147–153. https://ummaspul.e-journal.id/maspuljr/article/view/1101

Fahmi, F. (2016). Pembelajaran Ips Terpadu Yang Menyenangkan Dengan Pendekatan Konstruktivistik. Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial ), 1, 6–13.

Febriani, M. (2021). IPS Dalam Pendekatan Konstruktivisme (Studi Kasus Budaya Melayu Jambi). Aksara: Jurnal Ilmu Pendidikan Nonformal, 7(1), 61–66. https://doi.org/10.37905/aksara.7.1.61-66.2021

Hasanah, U., Sarjono, S., & Hariyadi, A. (2021). Pengaruh Model Problem Based Learning Terhadap Prestasi Belajar IPS SMP Taruna Kedung Adem. Aksara: Jurnal Ilmu Pendidikan Nonformal, 7(1), 43. https://doi.org/10.37905/aksara.7.1.43-52.2021

Hidayat, A. G. (2017). Implementasi Kurikulum 2013 pada Mata Pelajaran IPS di Sekolah SD Inpres Mallengkeri 2 Makassar. Jurnal Pendidikan Ips, 7(2), 66–72. http://www.ejournal.tsb.ac.id/index.php/jpi/article/view/106%0Ahttp://www.ejournal.tsb.ac.id/i ndex.php/jpi/article/download/106/94

Iskandar, A. (2017). Practical problem solving. Elex Media Komputindo.

Muspita, Z., & Sholihah, I. (2019). Pengaruh Model Pembelajaran Problem Solving Terhadap Kemampuan Berfikir Kritis, Motivasi Belajar, dan Hasil Belajar Ekonomi Siswa Kelas X SMAN 1 Masbagik. JPEK (Jurnal Pendidikan Ekonomi Dan Kewirausahaan), 3(1), 31–44. https://doi.org/10.29408/jpek.v3i1.1525

Nuzliah. (2015). Kontribusi Motivasi Belajar, Kreativitas Terhadap Problem Solving (Pemecahan Masalah) Siswa Dalam Belajar Serta Implikasi Terhadap Bimbingan Dan Konseling Di Smpn 29 Padang. JURNAL EDUKASI: Jurnal Bimbingan Konseling, 1(2), 157–174. https://doi.org/10.22373/je.v1i2.603

https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.jssr.2018.02.001

Patnani, M. (2013). Upaya Meningkatkan Kemampuan Problem Solving pada mahasiswa. Jurnal Psikogenesis, 1(2), 185–198.

Pitoweas, B., Nurhayati, N., Putri, D. S., & Yanzi, H. (2020). Analisis Kepekaan Sosial Generasi (Z) Di Era Digital Dalam Menyikapi Masalah Sosial. Bhineka Tunggal Ika: Kajian Teori Dan Praktik Pendidikan PKn, 7(1), 17–23. https://doi.org/10.36706/jbti.v7i1.11415

Purnomo, A., Muntholib, A., & Amin, S. (2016). Model Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (Ips) Pada Materi Kontroversi (Controversy Issues) Di Sekolah Menengah Pertama (Smp) Kota Semarang. Jurnal Penelitian Pendidikan, 33(1), 13–26.

Puspitasari, D. W., Ashadi, & Susilowati, E. (2021). Penerapan Model Problem Solving dengan Strategi Algoritmik untuk Meningkatkan Kemampuan Analisis dan Prestasi Belajar Siswa pada Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan. Jurnal Pendidikan Kimia, 10(2), 130–136. https://digilib.uns.ac.id/dokumen/detail/80144/Penerapan-Model-Problem-Solving-dengan- Strategi-Algoritmik-untuk-Meningkatkan-Kemampuan-Analisis-dan-Prestasi-Belajar-Siswa-pada- Materi-Kelarutan-dan-Hasil-Kali-Kelarutankelas-XI-MIPA-SMA-Negeri-5-Surakarta-T

Rahmawati, B. F., & Zidni. (2019). Identifikasi Permasalahan-Permasalahan dalam Pembelajaran IPS. Fajar Historia, 3(1), 1–10.

Rhomadhon, H. A., Waluyo, J., & Hariyadi, S. (2016). Pengaruh model pembelajaran think pair share berpendekatan PBL terhadap keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar. Universitas Negeri Jember.

Setyoko, H., Mulyani, S., & Yamtinah, S. (2017). The Implementation of Problem-Solving Model Using Concept Mapping Strategy to Increase Students’ Interest and Learning Achievement at the Lintas- Minat Chemistry Class. JKPK (Jurnal Kimia Dan Pendidikan Kimia), 2(3), 178–190. https://doi.org/10.20961/jkpk.v2i3.16780

Shodiq, S. F. (2021). Pengaruh Kepekaan Sosial terhadap Pengembangan Pendidikan Karakter Berbasis Masyarakat. Jurnal Basicedu, 5(6), 5648–5659.

Sueca, I. N. (2019). Pendidikan Keterampilan Berpikir Kritis Dan Kreatif Serta Kepekaan Sosial Guru Dalam Mengajar. Guna Widya: Jurnal Pendidikan Hindu, 6(1), 70–75. https://doi.org/10.25078/gw.v6i1.867

Sugiyono, P. D. (2015). Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta.
Turnip, B., Wahyuni, I., & Tanjung, Y. I. (2016). The Effect of Inquiry Training Learning Model Based on Just

in Time Teaching for Problem Solving Skill. Journal of Education and Practice, 7(15), 177–181.
Utami, L. O., Utami, I. S., & Sarumpaet, N. (2017). Penerapan Metode Problem Solving Dalam Mengembangkan Kemampuan Kognitif Anak. Tunas Siliwangi, 3(2), 175–180. http://e-

journal.stkipsiliwangi.ac.id/index.php/tunas-siliwangi/article/view/649
Whitlock, A. M. M., & Brugar, K. A. (2019). Teaching elementary social studies during snack time and other

unstructured spaces. Journal of Social Studies Research, 43(3), 229–239. https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.jssr.2018.09.007